1. I Gusti Ketut
Jelantik
I Gusti Ketut
Jelantik (1849)
adalah pahlawan nasional Indonesia
yang berasal dari Karangasem, Bali.
Ia merupakan patih Kerajaan Buleleng. Ia
berperan dalam Perang Jagaraga yang terjadi di Bali pada tahun 1849.
Perlawanan ini bermula karena pemerintah kolonial Hindia Belanda ingin menghapuskan hak tawan
karang yang berlaku di Bali, yaitu hak bagi raja-raja yang berkuasa di Bali
untuk mengambil kapal yang kandas di perairannya beserta seluruh isinya.
Ucapannya yang terkenal ketika itu ialah "Apapun tidak akan terjadi.
Selama aku hidup aku tidak akan mangakui kekuasaan Belanda
di negeri ini". Perang ini berakhir sebagai suatu puputan,
seluruh anggota kerajaan dan rakyatnya bertarung mempertahankan daerahnya
sampai titik darah penghabisan. Namun akhirnya ia harus mundur ke Gunung Batur, Kintamani. Pada saat inilah beliau gugur.
2 . I Gusti Ketut Pudja(lahir 19 Mei 1908 – meninggal 4 Mei 1977 pada umur 68 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia. Ia ikut serta dalam perumusan negara Indonesia melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mewakili Sunda Kecil (saat ini Bali dan Nusa Tenggara).
3. I Gusti Ngurah Rai
Kolonel
TNI
Anumerta
I Gusti Ngurah Rai (lahir di Desa Carangsari, Petang, Kabupaten Badung, Bali,
Hindia Belanda, 30 Januari 1917 – meninggal
di Marga, Tabanan, Bali,
Indonesia, 20 November 1946
pada umur 29 tahun) adalah seorang pahlawan
Indonesia dari Kabupaten Badung, Bali.
4. Ageng Tirtayasa dari Banten
Sultan Ageng Tirtayasa (Banten, 1631 - 1692) adalah putra Sultan Abdul Ma'ali Ahmad dan Ratu Martakusuma yang menjadi Sultan Banten periode 1640-1650. Ketika kecil, ia bergelar Pangeran Surya. Ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Ratu atau Pangeran Dipati. Setelah kakeknya meninggal dunia, ia diangkat sebagai sultan dengan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah.
5. fatmawati
Fatmawati
yang bernama asli Fatimah (lahir di Bengkulu,
5 Februari 1923 – meninggal
di Kuala Lumpur, Malaysia,
14 Mei
1980
pada umur 57 tahun)[1]
adalah istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno.
Ia menjadi Ibu Negara Indonesia
pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari Presiden
Pertama Indonesia, Soekarno. Ia juga dikenal akan jasanya
dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut
dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.
6. Prof. Dr. Hazairin
(lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 28 November 1906 – meninggal
di Jakarta, 11 Desember 1975
pada umur 69 tahun) adalah seorang pakar hukum adat. Beliau menjabat Menteri Dalam
Negeri dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo I.
7. Abdulrahman
Saleh
(Marsekal Muda Anumerta Prof. dr. Abdulrachman
Saleh, Sp.F.), lahir di Jakarta, 1 Juli 1909 - meninggal di Maguwoharjo,
Sleman, 29 Juli 1947 pada umur 38 tahun, sering dikenal dengan nama julukan
"Karbol" adalah seorang pahlawan nasional Indonesia, tokoh Radio
Republik Indonesia (RRI) dan bapak fisiologi kedokteran Indonesia.
8.
Adisucipto
(Marsekal Muda Anumerta Mas Agustinus
Adisoetjipto), lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 3 Juli 1916 - meninggal di
Bantul, Yogyakarta, 29 Juli 1947 pada umur 31 tahun, adalah seorang pahlawan
nasional (Keppres No. 71/TK/1974, tanggal 9 November 1974).
9.
Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma
(Bahasa Jawa: Sultan Agung Adi Prabu
Hanyokrokusumo, lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593
- wafat: Karta (Plered, Bantul), Kesultanan Mataram, 1645)
adalah Sultan ke-tiga Kesultanan Mataram yang
memerintah pada tahun 1613-1645. Di bawah kepemimpinannya, Mataram
berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa
dan Nusantara pada saat itu.
10. Kyai
Haji Ahmad Dahlan
atau Muhammad Darwis
(lahir
di Yogyakarta, 1 Agustus
1868 – meninggal
di Yogyakarta, 23 Februari 1923
pada umur 54 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah
putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar
adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar
Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan
adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.
11.
Pangeran Dipanegara, juga
sering dieja Diponegoro
(lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 – meninggal
di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari
1855
pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Pangeran Diponegoro
terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah
Hindia-Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling
besar dalam sejarah Indonesia.
12. KH Fakhruddin atau sering dipanggil Muhammad Jazuli,
(lahir di Yogyakarta 1890 - Yogyakarta, 28 Februari 1929)
adalah seorang pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia
dan juga tokoh Muhammadiyah. Ia tidak pernah mendapat
pendidikan di sekolah-sekolah umum. Pelajaran agama mula-mula diterima ayahnya,
H. Hasyim, kemudian dari beberapa ulama terkenal di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kesibukannya mengurus Muhammadiyah
dan usahanya, membuatnya kurang memperhatikan kesehatannya. Menjelang kongres
Muhammadiyah di Yogyakarta pada tahun 1929, ia jatuh sakit. Pada tanggal 28
Februari 1929, ia akhirnya meninggal dunia di Yogyakarta dan dikebumikan di
Pakuncen, Yogyakarta.13. Hamengkubuwana I
Sri Sultan Hamengkubuwana I (lahir di Kartasura, 6 Agustus 1717 – meninggal di Yogyakarta, 24 Maret 1792 pada umur 74 tahun) merupakan pendiri sekaligus raja pertama Kesultanan Yogyakarta yang memerintah tahun 1755 - 1792
lahir
di Yogyakarta, Hindia-Belanda, 12 April
1912 – meninggal
di Washington, DC, Amerika Serikat, 2 Oktober
1988
pada umur 76 tahun. Ia adalah salah seorang Sultan
yang pernah memimpin di Kasultanan Yogyakarta (1940-1988) dan Gubernur
Daerah
Istimewa Yogyakarta yang pertama setelah kemerdekaan Indonesia. Ia
pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia
yang kedua antara tahun 1973-1978. Ia juga dikenal sebagai Bapak Pramuka
Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
15.
Mr. Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono
(lahir di Yogyakarta, Hindia-Belanda, 10 April
1900 – meninggal
di Jakarta, 1 Agustus 1986
pada umur 86 tahun) adalah salah seorang pelopor kemerdekaan Indonesia.
Ia juga merupakan salah seorang pendiri Partai Katolik Indonesia.
Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai beberapa Menteri setelah Indonesia
merdeka. Ia jugalah yang memberi teladan bahwa berpolitik itu pengorbanan tanpa
pamrih. Berpolitik selalu memakai beginsel atau prinsip yang harus
dipegang teguh. Seperti yang disampaikan oleh pemimpin umum harian Kompas, Jakob Oetama, ia adalah salah satu tokoh yang
menjunjung tinggi moto salus populi supremalex, yang berarti kepentingan
rakyat, hukum tertinggi, yang merupakan cermin etika berpolitik yang nyaris
klasik dari tangan dirinya.
16.
Dr. Ide Anak Agung Gde Agung
(lahir di Gianyar,
Bali,
24 Juli
1921 – meninggal
22 April
1999
pada umur 77 tahun) adalah ahli sejarah dan tokoh politik Indonesia. Di Bali ia
juga berposisi sebagai raja Gianyar, menggantikan ayahnya Anak Agung
Ngurah Agung. Anaknya, Anak Agung Gde Agung, adalah Menteri
Masalah-masalah Kemasyarakatan pada Kabinet Persatuan Nasional.
17. Brigjen
Anumerta
Katamso Darmokusumo
(lahir di Sragen, Jawa Tengah, 5 Februari 1923 – meninggal
di Yogyakarta, 1 Oktober 1965
pada umur 42 tahun) adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia. Katamso
termasuk tokoh yang terbunuh dalam peristiwa Gerakan 30 September. Ia dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara, Yogyakarta.
18. Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
( Suwardi Suryaningrat,
sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa
Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei
1889 – meninggal
di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun; selanjutnya disingkat
sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi,
dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi
Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah
pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang
memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak
pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
lebih dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan,
adalah tokoh emansipasi perempuan, istri dari pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan dan juga seorang Pahlawan Nasional Indonesia.
Nyai Ahmad Dahlan lahir
dengan nama Siti Walidah di Kauman, Yogyakarta, pada tahun 1872. Ia adalah putri dari Kyai Haji
Muhammad Fadli, seorang ulama dan anggota Kesultanan Yogyakarta; daerah bertempatnya
tokoh agama banyak dari keraton. Dia bersekolah di rumah,
diajarkan berbagai aspek tentang Islam, termasuk bahasa Arab dan Qur'an,
ia membaca Al Qur'an dalam naskah Jawi.
20. Dr.
Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat
(lahir di Yogyakarta, 21 April
1879 – meninggal
di Ngawi,
Jawa Timur, 20 September 1952
pada umur 73 tahun) adalah seorang dokter yang juga merupakan salah satu
tokoh pendiri Republik Indonesia.
21.
Kolonel Anumerta
R. Sugiyono Mangunwiyoto
(lahir di Gedaren, Sumbergiri,
Ponjong, Gunung Kidul, 12 Agustus 1926 – meninggal
di Kentungan, Yogyakarta, 1 Oktober 1965
pada umur 39 tahun) adalah seorang pahlawan Indonesia
yang merupakan salah seorang korban peristiwa Gerakan 30 September. Ia dimakamkan di TMP Semaki, Yogyakarta.(lahir di Jogjakarta, 11 Januari 1871 – meninggal di Tjimahi, 15 Oktober 1959 pada umur 88 tahun) adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-3 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 30 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 310 Tahun 1959, tanggal 30 November 1959). Ia dimakamkan di Kotagede, Yogyakarta.
23. dr.
Wahidin Sudirohusodo
(lahir di Mlati, Sleman, Yogyakarta, 7 Januari 1852 – meninggal
di Yogyakarta, 26 Mei 1917
pada umur 65 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional Indonesia. Namanya
selalu dikaitkan dengan Budi Utomo karena walaupun ia bukan
pendiri organisasi kebangkitan nasional itu, dialah penggagas berdirinya
organisasi yang didirikan para pelajar School tot
Opleiding van Inlandsche Artsen Jakarta itu.
24. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo
(lahir di Karawang, Jawa Barat, 23 Maret
1896 – meninggal
15 Desember 1978
pada umur 82 tahun) adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, dan
seorang Pahlawan Nasional Indonesia.
Ia adalah Menteri Luar Negeri
Indonesia yang pertama. Achmad Soebardjo memiliki gelar Meester in de Rechten, yang diperoleh
di Universitas Leiden Belanda
pada tahun 1933
25.
Ismail Marzuki
(lahir
di Kwitang, Senen, Batavia,
11 Mei
1914 – meninggal
di Kampung Bali, Tanah Abang,
Jakarta, 25 Mei
1958
pada umur 44 tahun) adalah salah seorang komponis
besar Indonesia. Namanya sekarang diabadikan sebagai suatu pusat
seni di Jakarta yaitu Taman Ismail Marzuki (TIM) di kawasan Salemba,
Jakarta Pusat.
26. Mohammad
Husni Thamrin
(lahir di Weltevreden, Batavia,
16 Februari 1894 – meninggal
di Senen,
Batavia,
11 Januari 1941
pada umur 46 tahun) adalah seorang politisi
era Hindia Belanda yang kemudian dianugerahi gelar pahlawan nasional Indonesia.
27.
Kapten CZI Anumerta Pierre Andreas Tendean
(lahir 21 Februari 1939 – meninggal
1 Oktober 1965
pada umur 26 tahun) adalah seorang perwira militer Indonesia
yang menjadi salah satu korban peristiwa Gerakan 30 September pada tahun 1965.
Mengawali karier militer dengan menjadi intelijen
dan kemudian ditunjuk sebagai ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution dengan pangkat letnan
satu, ia dipromosikan menjadi kapten anumerta
setelah kematiannya. Tendean dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata
dan bersama enam perwira korban G30S lainnya, ia ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia pada tanggal 5
Oktober 1965.
28. Nani Wartabone
Nani Wartabone, (lahir 30 Januari 1907 – meninggal di Suwawa, Gorontalo, 3 Januari 1986 pada umur 78 tahun), yang dianugerahi gelar "Pahlawan Nasional Indonesia" pada tahun 2003, adalah putra Gorontalo dan tokoh perjuangan dari provinsi yang terletak di Sulawesi Utara itu. Perjuangannya dimulai ketika ia mendirikan dan menjadi sekretaris Jong Gorontalo di Surabaya pada 1923. Lima tahun kemudian, ia menjadi Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Cabang Gorontalo.
29.
Sultan Thaha Syaifuddin
(Jambi, 1816
- Betung,
26 April
1904)
adalah seorang sultan terakhir dari Kesultanan Jambi. Dilahirkan di Keraton Tanah
pilih Jambi pada pertengahan tahun 1816. Ketika kecil ia biasa dipanggil Raden
Thaha Ningrat dan bersikap sebagai seorang bangsawan yang rendah hati dan
suka bergaul dengan rakyat biasa.Pada pertempuran di Sungai Aro itu jejak Sultan Thaha tidak diketahui lagi oleh rakyat umum, kecuali oleh pembantunya yang sangat dekat. Sultan Thaha Syaifuddin meninggal pada tanggal 26 April 1904 dan dimakamkan di Muara Tebo, Jambi.
30. K.H.
Abdul Halim
(lahir di Majalengka, Jawa Barat, 26 Juni 1887
– meninggal 17 Mei 1962 pada umur 74 tahun) adalah pahlawan Indonesia yang
berjuang pada masa memperjuangkan kemerdekaan Indonesia hingga mempertahankan
dari Agresi Militer Belanda. Ia mendirikan Majlis Ilmu (tahun 1911), Hayatul
Qulub (tahun 1912), sekolah/madrasah (tahun 1916), mendirikan Persyarikatan
Ulama, Fatimiyah beserta usaha pendukungnya (tahun 1917), mendirikan Pesantren
Santi Asromo dan sekolah lainnya (tahun 1942), dsb.
31. Dewi
Sartika
(lahir di Bandung,
4 Desember 1884 – meninggal
di Tasikmalaya, 11 September 1947
pada umur 62 tahun) adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita, diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia
tahun 1966.
32. Gatot Mangkoepradja
Gatot Mangkoepradja (lahir di Sumedang, Jawa Barat, 25 Desember 1898 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 4 Oktober 1968 pada umur 69 tahun). Ayahandanya adalah dr. Saleh Mangkoepradja, dokter pertama asal Sumedang.
33.
Iwa Koesoemasoemantri
(lahir 31 Mei
1899 – meninggal
27 November 1971
pada umur 72 tahun) atau Iwa Kusumasumantri (Ejaan Soewandi), adalah seorang politikus,
ahli hukum, dan menteri pada zaman pemerintahan Soekarno
di Indonesia.
34. Prof.
Dr. Raden Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja
adalah salah satu pahlawan
Indonesia dan Ketua Mahkamah Agung Indonesia pertama
Dilahirkan di Purwakarta, Jawa Barat pada tanggal 8 September 1898 dalam
sebuah keluarga terpandang sebagai Raden Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja.Kusumah Atmadja pun dapat mengenyam pendidikan yang layak. Ia memperoleh gelar diploma dari Rechtshcool atau Sekolah Kehakiman pada 1913.
35. Maskoen Soemadiredja
Maskoen Soemadiredja (lahir di Bandung, Jawa Barat, 25 Mei 1907 – meninggal di Jakarta, 4 Januari 1986 pada umur 78 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Jawa Barat.36. Noer Alie
Kiai Haji Noer Alie (lahir di Bekasi, Jawa Barat pada tahun 1914; meninggal di Bekasi, Jawa Barat pada tahun 1992) adalah pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Jawa Barat dan juga seorang ulama.
37. Raden
Oto Iskandar di Nata
(lahir di Bandung,
Jawa Barat, 31 Maret
1897 – meninggal
di Mauk, Tangerang,
Banten,
20 Desember 1945
pada umur 48 tahun) adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Ia mendapat
nama julukan si Jalak Harupat.
38.
Laksamana Laut Raden Eddy Martadinata
(lahir di Bandung,
Jawa Barat, 29 Maret
1921 – meninggal
di Riung Gunung, Jawa Barat, 6 Oktober
1966
pada umur 45 tahun) atau yang lebih dikenal dengan nama R.E. Martadinata adalah
tokoh ALRI
dan pahlawan nasional Indonesia. Ia meninggal dunia akibat
kecelakaan helikopter di Riung Gunung[1]
dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta
39.
K.H. Zainal Mustafa
(lahir di Bageur, Cimerah,
Singaparna, Tasikmalaya, 1899 – meninggal di Jakarta, 25 Oktober 1944) adalah
salah satu pahlawan nasional Indonesia. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Tasikmalaya.
40. Achmad Rifa'i
Kiai Haji Ahmad Rifa'i (lahir di Tempuran, Kendal, Jawa Tengah pada tanggal 9
Muharam 1200 H (12 November 1785 M); meninggal di Manado, Sulawesi Utara pada
tanggal 25 Robiul Akhir 1286 H (4 Agustus 1869), pada usia 83 tahun) adalah
pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah. Ia seorang pemikir
Islam dan penulis berbagai buku terkenal. Dalam berbagai dakwahnya ia
membangkitkan semangat perjuangan kemerdekaan dan terkenal karena sikapnya yang
anti penjajah Belanda.
lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 19 Juni
1922 – meninggal
di Lubang Buaya, Jakarta,
1 Oktober 1965
pada umur 43 tahun) adalah komandan Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Darat, dan dibunuh oleh anggota Gerakan 30 September saat mencoba untuk
menculik dia dari rumahnya.
42. Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ
(Ejaan Yang
Disempurnakan:
Albertus Sugiyapranata; lahir 25 November 1896
– meninggal 22 Juli 1963 pada umur 66 tahun), lebih dikenal dengan
nama lahir Soegija, merupakan Vikaris Apostolik Semarang,
kemudian menjadi uskup agung. Ia merupakan uskup
pribumi
Indonesia pertama dan dikenal karena pendiriannya yang pro-nasionalis, yang
sering disebut "100% Katolik, 100% Indonesia".
adalah seorang tokoh pergerakan kemerdekaan
Indonesia serta tokoh komunis Indonesia. Berdasarkan SK Presiden
No. 163 Tahun 1964 tertanggal 26 – 6 - 1964, Alimin tercatat sebagai salah satu
Pahlawan Nasional Indonesia.
Ketika Jepang melakukan agresi terhadap Cina, Alimin pergi ke daerah basis perlawanan di Yenan dan bergabung bersama tentara merah di sana. Ia pulang ke Indonesia pada tahun 1946, yaitu setelah Republik Indonesia diproklamasikan.
Ketika DN Aidit mendirikan kembali PKI secara legal pada awal tahun 1950-an dan kemudian menjadi Ketua Komite Sentralnya, Alimin termasuk tokoh komunis yang tidak diindahkannya. Namun Alimin masih banyak didatangi oleh para pengikutnya sampai dengan saat meninggalnya pada tahun 1964.
44. Dr. Cipto
Mangunkusumo atau Tjipto Mangoenkoesoemo
(Pecangakan, Ambarawa, Semarang, 1886
– Jakarta,
8 Maret
1943)
adalah seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara ia dikenal sebagai
"Tiga Serangkai" yang banyak menyebarluaskan ide pemerintahan sendiri
dan kritis terhadap pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Ia adalah tokoh dalam Indische Partij, suatu organisasi politik
yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk
setempat, bukan oleh Belanda. Pada tahun 1913 ia dan kedua
rekannya diasingkan oleh pemerintah kolonial ke Belanda akibat tulisan dan
aktivitas politiknya, dan baru kembali 1917.
45.
Goesti Pangeran Harjo Djatikoesoemo
(lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 1 Juli
1917 – meninggal
di Jakarta, 4 Juli 1992
pada umur 75 tahun) adalah mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat yang pertama
(1948-1949) dan mantan Duta Besar RI untuk Singapura (1958-1960). Ia adalah
putra bangsa yang berdarah keraton, terlahir sebagai putra ke-23 dari Susuhunan
Pakubuwono X. Jenazahnya dimakamkan di Wonogiri,
Jawa Tengah
46. Jenderal
Gatot Soebroto
(lahir di Banyumas, Jawa Tengah, 10 Oktober 1907 – meninggal
di Jakarta, 11 Juni 1962
pada umur 54 tahun) adalah tokoh perjuangan militer Indonesia dalam merebut
kemerdekaan dan juga pahlawan nasional Indonesia.
Ia dimakamkan di Ungaran, kabupaten Semarang. Pada tahun 1962,
Soebroto dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional menurut SK Presiden
RI No.222 tanggal 18 Juni 1962. Ia juga merupakan ayah angkat dari Bob Hasan,
seorang pengusaha ternama dan mantan menteri Indonesia pada era Soeharto.
47. Ir. H. R. Djoeanda
Kartawidjaja (ejaan baru: Juanda Kartawijaya)
lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 14 Januari 1911 – meninggal
di Jakarta, 7 November 1963
pada umur 52 tahun adalah Perdana Menteri Indonesia
ke-10 sekaligus yang terakhir. Ia menjabat dari 9 April
1957
hingga 9 Juli 1959. Setelah itu ia menjabat sebagai Menteri
Keuangan dalam Kabinet Kerja I.
48. Ki
Mangunsarkoro
atau Sarmidi Mangunsarkoro
(lahir 23 Mei
1904 – meninggal
8 Juni
1957
pada umur 53 tahun) adalah pejuang di bidang pendidikan nasional, ia dipercaya
menjadi Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1949 hingga tahun
1950.
49.
Nyi Ageng Serang
bernama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih
Retno Edi (Serang, Purwodadi, Jawa Tengah, 1752
- Yogyakarta, 1828) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia.
Ia adalah anak Pangeran Natapraja yang menguasai wilayah terpencil dari
kerajaan Mataram tepatnya di Serang yang sekarang wilayah perbatasan Grobogan-Sragen. Setelah ayahnya wafat Nyi Ageng Serang
menggantikan kedudukan ayahnya. Nyi Ageng Serang adalah salah satu keturunan Sunan Kalijaga, ia juga mempunyai keturunan
seorang Pahlawan nasional yaitu Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Ia dimakamkan di Kalibawang, Kulon Progo. Ia pahlawan
nasional yang hampir terlupakan,mungkin karena namanya tak sepopuler R.A. Kartini atau Cut Nyak Dhien tapi beliau sangat berjasa bagi
negeri ini.Warga Kulon Progo mengabadikan monumen beliau di tengah kota Wates
berupa patung beliau sedang menaiki kuda dengan gagah berani membawa tombak.
50.
Raden Adjeng Kartini
(lahir
di Jepara,
Jawa Tengah, 21 April
1879 – meninggal
di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904
pada umur 25 tahun) atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu
Kartini[1]
adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini
dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar